Hari ini tepat 10 tahun sudah peristiwa itu terjadi.
Peristiwa yang merenggut sebagian
kepercayaan diri dan kebahagianku. Ya, ingatan akan peristiwa kebakaran itu
masih selalu mengikutiku. Terlebih, luka bakar yang membekas di pipi kananku
ini tak dapat di perbaiki meskipun dengan jalan operasi.
Rasa malu menghinggapiku sejak peristiwa itu. aku bahkan
sempat berhenti sekolah selama 1 tahun karena malu terus-menerus di ejek oleh
teman-teman sekolahku. Aku mengunci diriku dari dunia luar. Aku hanya berdiam diri
saja di rumah, bahkan sekedar untuk jajan didepan rumahku pun aku enggan. Luka
bakar ini selalu menjadi alasan bagiku untuk tidak bergaul dengan orang-orang
disekitarku.
Namun dalam waktu 1 tahun itu orang tua ku selalu menasehati
dan menyemangatiku agar menjadi seperti diriku yang dulu, diriku yang selalu
ceria dan rajin sekolah. Aku bukan bermaksud mengacuhkan nasehat mereka, aku
pun rindu ingin sekolah dan bermain kembali dengan teman-teman sebayaku, tapi
rasa malu ku masih lebih besar dari pada rasa rinduku dengan sekolah.
Sampai suatu saat aku berpikir, bagaimana caranya untuk
menghilangkan atau setidaknya mengurangi rasa malu ku itu agar aku dapat
melanjutkan sekolahku yang sempat tertunda. Dan ketika itu, ada selembar kain
berwarna hijau terbang ke arahku yang sedang termenung didepan jendela kamarku.
aku bertanya-tanya dari mana kain hijau itu datang. Lalu terlintas dalam otak
ku untuk memanfaatkan kain itu untuk aku pakai sebagai jilbab. Ternyata luka ku
itu sedikit tertutupi. Dan aku bergegas menemui orangtua ku yang sedang
menonton televisi di ruang tengah, kemudian aku sampaikan niat ku untuk kembali
sekolah tapi kali ini dengan meggunakan jilbab.
Orangtuku memarahiku dengan keras karena alasanku tersebut.
mereka bilang bahwa tak sepatutnya aku merendahkan makna sebuah jilbab seperti
itu. Mereka tak menizinkanku sekolah jika alasanku adalah seperti itu.
Aku pun tersudut dan merasa sedih dengan tanggapan
orangtuaku. Apakah yang ku katakan itu salah ??. aku lantas kembali ke kamar
dan menangis tapi orangtua tak mengubrisnya.
Hari-hari berlalu begitu cepatnya. Hingga hari penerimaan
siswa baru pun mulai dibuka diseluruh sekolah.
Hari itu seperti biasa aku menonton TV dirumah, tiba-tiba
orangtuaku memberikan sebuah map yang didalamnya ternyata berisi sebuah
formulir pendaftaran siswa baru. Aku kaget, ternyata tanpa sepengetahuanku
orangtuaku telah mendaftarkanku disekolah baru. Dan 2minggu lagi aku sudah
harus kegiatan belajar disekolah.
Aku marah karena sikap orangtuaku yang tak bertanya padaku
sebelum mendaftarkanku ke sekolah. Terlebih mereka juga masih tak mengizinkanku
untuk mengenakan jilbab untuk menutupi luka bakarku ini.
bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar