Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak
dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisI-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut
dengan konklusi (consequence).
Penalaran juga merupakan aktivitas pikiran yang
abstrak, untuk mewujudkannya diperlukan simbol. Simbol atau lambang yang
digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud penalaran akan akan
berupa argumen.
Metode Dalam Menalar
Ada dua jenis metode
dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.
Metode Induktif
Metode berpikir
induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari
hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki
berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk
dari metode berpikir induktif.
Macam-Macam Silogisme di dalam Penalaran Induktif
:
1. Generalisasi
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa
pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang
bersifat umum.
Contoh
generalisasi :
Jika ada udara, manusia
akan hidup.
Jika ada udara,
hewan akan hidup.
Jika ada udara,
tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika
ada udara mahkluk hidup akan hidup.
2. Analogi
Cara
penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang
sama.
Contoh
analogi :
Nina
adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali
adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
3.
Hubungan Kausal
Penalaran yang
diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam
hubungan kausal :
a. Sebab-Akibat
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
b. Akibat-Sebab
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
c. Akibat-Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Metode Deduktif
Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih
dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh : Masyarakat Indonesia
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus)
dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya
hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Contoh klasik
dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah :
·
Semua manusia fana (pasti akan mati). (Premis
Mayor).
·
Sokrates adalah manusia. (Premis Minor).
·
Sokrates pasti (akan) mati. (Kesimpulan)
Macam-Macam
Silogisme di dalam Penalaran Deduktif :
Di dalam penalaran deduktif terdapat entimen macam silogisme, yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis, silogisme alternatif dan silogisme entimen.
1. Silogisme
Kategorial
Silogisme
kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang
kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis
mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis
minor.
Silogisme
kategorial terjadi dari tiga proposisi, yaitu:
·
Premis umum : Premis Mayor (My)
·
Premis khusus : Premis Minor (Mn)
·
Premis Simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat.
Subjek simpulan disebut termasuk mayor, dan
predikat simpulan disebut termasuk minor.
predikat simpulan disebut termasuk minor.
Contoh
silogisme Kategorial :
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
2.
Silogisme Hipotesis
Silogisme yang
terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Kondisional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Kondisional hipotesis yaitu, bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : Jika tidak ada air, manusia akan
kehausan.
Mn : Air tidak ada.
K : Jadi, Manusia akan kehausan.
3. Silogisme
Alternatif
Silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif
yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contoh :
My : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Mn : Nenek Sumi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di
Bogor.
4.
Silogisme Entimen
Silogisme ini
jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan.
Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
- Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
- Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.
Silogisme
kategorial dapat dibedakan menjadi dua saja, yaitu silogisme kategorial dan
silogisme tersusun. Dimana silogisme tersusun terbagi lagi menjadi tiga
kategorial yaitu:
a.
Epikherema
Epikherema adalah jabaran dari silogisme kategorial yang diperluas dengan jalan memperluas salah satu premisnya atau keduanya. Cara yang biasa digunakan adalah dengan menambahkan keterangan sebab: penjelasan sebab terjadinya, keterangan waktu, maupun poembuktian keberadaannya.
Contoh :
Semua pahlawan bersifat mulia sebab mereka selalu
memperjuangkan hak miliki bersama dengan menomorduakan kepentingan pribadinya.
Sultan Mahmud Badaruddin adalah pahlawan. Jadi, Sultan Mahmud Badaruddin itu
mulia.
b. Entimem
Silogisme ini merupakan jenis silogisme yang sama
dengan pada penjelasan di atas.
c. Sorites
Silogisme tipe ini sangat cocok untuk
bentuk-bentuk tulisan atau pembicaraan yang bernuansa persuasif. Silogisme tipe
ini didukung oleh lebih dari tiga premis, bergantung pada topik yang
dikemukakan serta arah pembahasan yang dihubung-hubungkan demikian rupa
sehingga predikat premis pertama menjadi subyek premis kedua, predikat premis
kedua menjadi subyek pada premis ketiga, predikat premis kedua menjadi subyek
pada premis keempat, dan seterusnya, hingga akhirnya sampailah pada kesimpulan
yang diambil dari subyek premis pertama dan predikat premis terakhir.
Konsep dan Simbol Dalam
Penalaran
Penalaran juga
merupakan aktivitas pikiran yang abstrak, untuk mewujudkannya
diperlukan simbol. Simbol atau lambang
yang digunakan dalam penalaran berbentuk bahasa, sehingga wujud
penalaran akan akan berupa argumen.
Kesimpulannya adalah
pernyataan atau konsep adalah abstrak dengan simbol berupa kata, sedangkan untuk
proposisi simbol yang digunakan adalah kalimat (kalimat berita) dan
penalaran menggunakan simbol berupa argumen. Argumenlah yang dapat menentukan
kebenaran konklusi dari premis.
Berdasarkan paparan di
atas jelas bahwa tiga bentuk pemikiran manusia adalah aktivitas berpikir yang saling berkait.
Tidak ada ada proposisi tanpa pengertian dan tidak akan ada penalaran tanpa
proposisi. Bersama-sama dengan terbentuknya pengertian perluasannya akan
terbentuk pula proposisi dan dari proposisi
akan digunakan sebagai premis bagi penalaran. Atau dapat juga dikatakan untuk
menalar dibutuhkan proposisi sedangkan proposisi merupakan hasil dari rangkaian
pengertian.
Syarat - Syarat
Kebenaran Dalam Penalaran
Jika seseorang
melakukan penalaran, maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat
dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
- Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
- Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar. Benar di sini harus meliputi sesuatu yang benar secara formal maupun material. Formal berarti penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berpikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar